Selasa, 11 Juni 2013
Kalau saja.......
Kalau saja...
Kalimat itu biasanya terucap jka kita menyesal akan suatu hal yang kita lakukan ataupun yang tidak kita lakukan. Contohnya, "Kalau saja waktu itu aku ga dateng..." atau "Kalau saja kemarin aku pilih yang itu" dan lain-lain.
Kalimat itu baru saja aku dengar hari ini. Hari ini aku mendengar bahwa pakdeku (kakak dari bapakku) meninggal dunia setelah sebelumnya sakit parah selama kurang lebih sebulan. Meninggalnya almarhum menyisakan penyesalan di dalam hati sepupuku (anak dari almarhum). Ia selalu merasa penyebab kematian ayahnya adalah karena dirinya. Awalnya sepupuku itu hanya ingin menyenangkan hati orang tuanya. Ia membelikan berbagai makanan untuk mereka. Tapi akibatnya, setelah makan makana tersebut, pakdeku tiba-tiba struknya dan akhirnya sekarang meninggal dunia. Dia selalu berkata "Kalau saja waktu itu aku ga beli makanan itu, pasti bapak masih hidup"
Ibuku juga pernah mengatakan hal serupa. Waktu itu Ibu mendapat kabar bahwa mbah (bapak dari Ibuku) di kampung sedang sakit parah. Ibuku langsung membeli tiket kereta untuk pemberangkatan besoknya. Tapi ternyata esoknya Ibuku sakit sehingga ia menunda perjalanan menjadi keesokkannya lagi. Dan ternyata esoknya sebelum Ibu berangkat, Ibu mendapat kabar bahwa mbah sudah meninggal. Ibuku menyesalnya bukan main, ia berkata "Kalau saja kemarin Ibu ma ksain untuk berangkat, mungkin Ibu masih bisa ketemu mbah"
Hidup itu dipenuhi dengan pilihan. Dari mulai kita bangun pagi sampai kita tidur lagi, kita tak lepas dari pilihan. Dan selalu ada hukum sebab akibat akan pilihan itu. Misalnya jika kita memilih A maka akibatnya C, jika kita memilih B maka akibatnya D, dan seterusnya. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya dan kita harus siap untuk menghadapi segala konsekuensi itu. Baik itu sesuai dengan yang kita harapkan maupun tidak.
Yang kita lakukan hanya memilih, tapi tentu saja tidak sembarang memilih, ada proses pertimbangan yang matang dalam memilih. Yang jelas pilihlah yang lebih banyak manfaatnya dan yang paling sedikit mudhorotnya, baik untuk diri kita sendiri ataupun untuk orang lain atau orang banyak. Setelah memilih, terntunya kita harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah kita pilih dan tinggal menunggu hasilnya. Jika hasilnya di luar perkiraan kita, ingatlah, ada takdir Allah berperan di dalamnya. Yakini saja apapun yang Allah takdirkan itu, mungkin yang terbaik bagi kita.
Misalkan contoh kasus kematian pakdeku yang disesali oleh sepupuku. Mungkin memang sudah waktunya pakde meninggal hari ini, kalaupun bukan karena makanan, pasti akan ada kejadian lain yang nantinya tetap akan berujung pada meninggalnya pakde, karena memang pakde sudah ditakdirkan untuk menghembuskan nafas terakhirnya hari ini. Ambil saja hikmahnya, mungkin kita harus berhati-hati pada makanan, atau mungkin kita bisa lebih perhatian pada orang tua kita dengan mengetahui makanan apa saja yang harusnya dipantang dan tidak. Dan lain sebagainya.
Dan untuk kasus meniggalnya mbahku, kalau saja Ibuku tetap memaksakan untuk pulang kampung pada hari itu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa Ibuku akan bisa melihat mbahku sebelum meninggalnya, karena memang itu sudah takdir Allah.
Yang jelas, Allah maha tahu atas segalanya. Allah sudah menuliskan takdir pada Lauhul mahfuz. Dan yang bisa kita lakukan hanya tetap memilih dan berusaha sebaik mungkin. Sisanya adalah takdir Allah. Intinya, selalu berprasangka baik pada Allah, karena Allah itu sesuai prasangka umatnya.
Dan semoga saja, mulai dari sekarang, kalimat "Kalau saja..." yang mengandung penyesalan bisa berganti menjadi "Kalau saja..." yang bersifat positif. Misalnya "Kalau saja aku bisa sepintar dia" atau "Kalau saja aku bisa sesoleh dia" dan lain-lain sehingga kalimat "Kalau saja " itu akan bisa memotivasi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Amin.............
Langganan:
Postingan (Atom)